Rivellino: Sang Maestro Kidal yang Menginspirasi Generasi Brasil

Kalau kita ngomongin legenda Brasil, nama Roberto Rivellino gak boleh ketinggalan. Di era sebelum Ronaldinho, sebelum Neymar, bahkan sebelum Zico bersinar terang, ada sosok flamboyan dengan kaki kiri maut, kumis tebal ikonik, dan gerakan elastico yang menginspirasi dunia.

Rivellino bukan cuma pemain teknikal. Dia adalah pelukis yang pakai bola sebagai kuas, dan lapangan sebagai kanvas. Dengan kaki kirinya yang magis, dia jadi bagian penting dari generasi emas Brasil yang memenangi Piala Dunia 1970—tim yang sering disebut sebagai tim terbaik sepanjang masa.

Awal Karier: Anak Migran yang Cinta Bola Sejak Kecil

Rivellino lahir di São Paulo tahun 1946 dari keluarga imigran Italia. Dia tumbuh besar di kawasan Mooca yang penuh anak-anak main bola di jalanan. Di situlah sentuhan pertamanya terbentuk—kasar tapi penuh naluri.

Dia gabung klub lokal Corinthians, dan langsung dikenal sebagai anak muda berani yang gak takut ambil risiko. Meski punya postur kecil, dia punya kaki kiri dengan tenaga dan akurasi mematikan. Di Corinthians, dia berkembang jadi bintang, meskipun belum ngasih gelar liga.

Tapi performanya bikin dia dipanggil timnas Brasil. Dan di sanalah nama Rivellino benar-benar meledak.

Piala Dunia 1970: Panggung Legenda Diciptakan

Di Meksiko, Rivellino jadi bagian dari skuad Brasil yang diisi pemain-pemain luar biasa: Pelé, Jairzinho, Tostão, Carlos Alberto, Clodoaldo. Tapi meski banyak bintang, Rivellino gak tenggelam. Dia malah bersinar di posisinya sebagai gelandang kiri.

Dia nyetak gol dari tendangan bebas di pertandingan pembuka lawan Cekoslowakia—dan langsung bikin dunia ngelirik. Tendangannya keras, akurat, dan meledak kayak petasan.

Di turnamen itu, dia bukan cuma pelengkap. Dia jadi jembatan antara lini tengah dan depan. Visi, teknik, dan kepercayaan dirinya bikin dia kelihatan beda. Dan Brasil pun mengangkat trofi setelah ngalahin Italia 4-1 di final.

Rivellino gak cuma juara dunia. Dia jadi bagian dari tim yang dikenang sebagai tim sepak bola terbaik sepanjang sejarah.

Gaya Main: Elegan, Berani, dan Penuh Flair

Rivellino punya gaya main yang jadi panutan. Dia kidal murni, dan selalu ngelakuin cut inside dari kiri ke tengah. Tapi yang bikin dia spesial adalah teknik “elastico”—gerakan menggiring bola cepat dari satu arah ke arah berlawanan pakai satu gerakan.

Gerakan ini—yang sekarang sering lo liat di highlight Ronaldinho atau Neymar—adalah ciptaan Rivellino. Dan waktu pertama kali dia lakuin, bek-bek lawan cuma bisa bengong. Itu bukan trik buat gaya-gayaan doang, tapi efektif banget buat ngedobrak pertahanan.

Selain itu, dia punya tendangan bebas yang keras banget. Setiap kali bola mati di sekitar kotak penalti, fans Brasil udah mulai berdiri nunggu gol dari kaki kirinya.

Rivalitas dan Pindah ke Fluminense

Setelah lama di Corinthians tapi gak pernah bawa gelar besar, Rivellino akhirnya pindah ke Fluminense pada 1973. Transfer ini sempat bikin geger, tapi justru di klub baru itu dia tambah bersinar.

Dia bantu Fluminense juara Campeonato Carioca dua kali, dan tetap jadi ikon di sepak bola Brasil. Di sana dia lebih bebas, lebih ekspresif, dan tetap nyetak gol-gol cantik dari luar kotak.

Timnas Brasil dan Piala Dunia Lainnya

Setelah 1970, Rivellino juga main di Piala Dunia 1974 dan 1978. Tapi performa tim gak semenggila 1970. Meski begitu, dia tetap tampil konsisten dan jadi panutan di lini tengah.

Total dia mencetak 26 gol dari 92 penampilan untuk Brasil. Statistik yang solid untuk gelandang, apalagi di era di mana permainan lebih keras dan taktik bertahan lebih brutal.

Kehidupan Setelah Pensiun

Setelah gantung sepatu, Rivellino tetap aktif di dunia sepak bola. Dia pernah jadi pelatih, tapi lebih dikenal sebagai komentator dan analis. Komentarnya tajam, gaya bicaranya khas, dan dia tetap punya aura bintang.

Di mata fans muda, mungkin dia gak sefamiliar Ronaldinho atau Kaká. Tapi buat pecinta sejarah bola, Rivellino adalah ikon era keemasan Brasil.

Dan sampai hari ini, banyak pemain muda—baik di Brasil atau luar negeri—yang terinspirasi gerakan dan gaya mainnya. Dia bukan cuma legenda, tapi juga guru teknik dan flair.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *