Lo gak bisa ngomongin sejarah modern Tottenham tanpa nyebut nama Lucas Moura. Pemain Brasil ini punya energi liar, kecepatan tinggi, dan kadang suka ngelakuin hal gila yang bikin fans geleng-geleng. Tapi di balik gaya mainnya yang agresif dan unpredictable, ada satu momen yang bikin dia jadi legenda instan: hat-trick lawan Ajax di semifinal Liga Champions 2019.
Itu bukan sekadar pertandingan. Itu malam keajaiban, dan Lucas Moura adalah pusatnya. Tapi cerita dia di Spurs gak cuma soal satu malam. Ada proses panjang, naik turun performa, dan loyalitas yang tetap dijaga sampai akhir.

Awal Karier: Bintang Muda Brasil yang Terbang ke Paris
Lucas Moura lahir di São Paulo, dan dari muda udah dikenal sebagai bocah ajaib. Debut profesional di usia 17 tahun, langsung dilabeli “the next Neymar” bareng generasi muda Brasil lainnya. Skill-nya beda — cepat banget, kaki kanan kuat, dan selalu main dengan insting.
Tahun 2013, dia pindah ke Paris Saint-Germain, dan jadi bagian dari proyek ambisius PSG. Di sana, dia dapet menit main cukup, tapi lama-lama kehilangan tempat karena masuknya pemain bintang macam Di María dan Mbappé. Di saat itulah, Tottenham dateng dan nawarin restart baru di London Utara.
Gabung Tottenham: Sempat Diremehin, Tapi Pelan-pelan Naik Level
Tottenham ngangkut Lucas dari PSG di awal 2018. Banyak yang mikir dia cuma jadi pelapis Son dan Eriksen. Tapi Lucas dateng dengan mindset “gue mau buktiin diri”. Awal-awal, dia gak langsung jadi starter, tapi setiap kali dapet menit main, dia tunjukin kecepatan dan kerja keras.
Di musim 2018/19, dia mulai dapet tempat tetap. Bahkan di beberapa laga penting, dia main jadi starter dan sering nyetak gol krusial. Gaya mainnya yang direct, berani tusuk ke kotak penalti, dan kadang unpredictable bikin dia jadi senjata ampuh, terutama lawan tim yang main high line.
Dan puncaknya? Ya, lo tahu sendiri: malam epik di Amsterdam.
Ajax 2019: Hat-trick Paling Ikonik di Sejarah Klub
Lo bisa tanya ke semua fans Spurs — momen paling gila yang mereka saksikan? Jawabannya pasti sama: semifinal Liga Champions leg kedua lawan Ajax. Setelah ketinggalan 2-0 (agregat 3-0), Tottenham keliatan udah selesai. Tapi Lucas bilang belum.
Dia nyetak tiga gol di babak kedua, termasuk gol penentu literally di detik terakhir. Stadion sunyi. Erik ten Hag gemetar. Lucas lari sambil nangis. Tim nyatu dalam euforia gila.
Itu malam di mana semua pemain Spurs jadi pahlawan. Tapi Lucas jadi legenda. Gak peduli dia angkat trofi atau enggak, momen itu udah cukup buat bikin dia diingat selamanya. Bukan cuma oleh fans Spurs, tapi semua pecinta sepak bola.
Gaya Main: Energi Meledak, Dribble Cepat, Tapi Kadang Terlalu Liar
Lucas Moura bukan pemain yang main kalem. Dia selalu gas. Dari awal peluit sampai akhir, dia lari tanpa henti. Gaya mainnya khas pemain Brasil: dribble cepat, cut inside ke kaki kanan, dan suka bikin chaos di kotak penalti lawan.
Tapi kadang, itu juga jadi kelemahan dia. Lucas sering terlalu buru-buru ambil keputusan. Ada momen dia bisa oper tapi malah maksa tembak. Ada juga saat dia udah lewatin tiga pemain, tapi kehilangan bola di detik terakhir.
Tapi justru di situlah daya tariknya: lo gak pernah tahu apa yang akan dia lakukan. Dan itu bikin dia berbahaya, tapi juga kadang bikin frustrasi.
Kontribusi di Luar Lapangan: Profesional dan Gak Pernah Bikin Masalah
Meski gak selalu starter, Lucas Moura gak pernah bikin ribut. Dia selalu latihan dengan serius, gak banyak omong di media, dan jadi sosok yang dicintai di ruang ganti. Bahkan ketika dia gak dipakai reguler di era Conte atau Mourinho, dia tetap datang dengan semangat penuh di setiap latihan dan matchday.
Fans dan pelatih sama-sama menghargai sikap ini. Karena gak banyak pemain yang tetap kasih segalanya buat tim meski perannya udah gak sebesar dulu. Lucas Moura adalah salah satu dari sedikit pemain yang ngerti arti loyal dan rendah hati.
Akhir di Spurs: Pamit dengan Air Mata dan Kepala Tegak
Musim 2022/23 jadi musim terakhir Lucas bareng Tottenham. Dia udah makin jarang main, dan klub juga mulai fokus ke regenerasi pemain. Tapi perpisahan Lucas tetap dapet sambutan hangat. Di laga terakhirnya, dia sempat nyetak gol indah — solo run, finishing tajam, dan selebrasi emosional.
Itu kayak penutup cerita yang pas. Dia datang sebagai underdog, sempat naik jadi bintang, dan pulang sebagai legenda yang bukan karena statistik, tapi karena momen.
Setelah keluar dari Spurs, Lucas balik ke Brasil dan gabung São Paulo — klub yang ngebesarin dia. Pulang kampung, tapi bawa kenangan yang gak akan dilupain siapa pun di London Utara.
Kesimpulan: Lucas Moura, Si Winger Gila Momen yang Udah Nulis Sejarah Sendiri
Lucas Moura bukan pemain dengan 20+ gol tiap musim, atau top assist liga. Tapi dia adalah pemain yang ngerti cara bikin impact. Dia ngerti kapan harus muncul. Dan ketika dia muncul, dia bikin semua orang berhenti napas.
Gak semua pemain bisa punya satu malam yang nempel selamanya di kepala fans. Lucas Moura punya itu. Dan karena itulah, dia gak perlu pembuktian lain. Dia udah kasih semuanya buat Spurs. Gak ribut, gak drama. Cuma kerja keras, gol penting, dan satu malam legendaris yang bikin dia jadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Tottenham.