Ashley Young: Dari Winger Ngacir ke Bek Seribu Peran

Di sepak bola, ada pemain yang cepat naik lalu hilang. Ada yang stabil tapi flat. Tapi ada juga yang bisa adaptasi terus, bahkan setelah umur 30. Ashley Young termasuk golongan terakhir. Lo bisa debat dia gak pernah world-class, tapi satu hal gak bisa lo bantah: karier dia panjang karena dia tahu kapan harus berubah.

Ashley Young itu kayak kamuflase manusia: dulu dribbler lincah, terus jadi winger sayap klasik, lalu berubah jadi bek, bahkan sempat main sebagai kapten. Lo kasih posisi? Dia siap. Lo ganti peran? Dia adaptasi. Gak banyak pemain Inggris yang bisa survive di atas satu dekade di level atas. Young salah satunya.


Awal Karier: Bakat Mentah dari Watford

Ashley Young lahir 9 Juli 1985, di Stevenage, Inggris. Sejak bocah, dia udah kelihatan jago banget dalam dua hal:

  • Sprint ngacir
  • Crossing ke kotak penalti

Dia mulai karier di akademi Watford, dan langsung naik ke tim utama karena punya speed dan teknik murni. Di Championship, dia jadi ancaman konstan dari sisi sayap kanan. Dribble-nya gak ribet, tapi efektif. Waktu lawan satu lawan satu, bek lawan sering ngelantur.

Musim 2005/06, dia bantu Watford promosi ke Premier League. Dan dari situ, kariernya mulai menanjak serius.


Aston Villa Era: Prime Time Si Winger Inggris

Tahun 2007, Aston Villa boyong Young seharga 10 juta pounds. Ini salah satu transfer besar buat klub mid-table waktu itu. Tapi gak butuh waktu lama buat nunjukin bahwa uang itu gak salah.

Gaya main Ashley Young waktu itu:

  • Winger kiri atau kanan
  • Crossing akurat banget
  • Sering ngirim bola ke target man (Gabby Agbonlahor, Carew, dll)
  • Dead ball specialist (free kick dan corner jago parah)
  • Lincah dan tahu cara cari foul

Di bawah pelatih Martin O’Neill, Young dikasih kebebasan penuh buat eksplor sayap. Hasilnya? Dia cetak gol, bikin assist, dan masuk PFA Team of the Year dua kali.

Bahkan, banyak yang bilang dia layak jadi starter timnas Inggris. Waktu itu saingannya Sterling belum stabil, dan Young dianggap winger murni terbaik yang dimiliki Inggris di era late 2000s.


Gabung Manchester United: Bukan Raja, Tapi Jadi Prajurit Serba Bisa

Tahun 2011, Ashley Young pindah ke Manchester United. Sir Alex Ferguson datengin dia buat nambah variasi serangan dari sayap. Dia langsung ngasih impact. Debut Premier League musim itu? 2 assist lawan Arsenal, MU menang 8–2.

Di MU, dia gak pernah jadi “main star”, karena timnya udah berisi Wayne Rooney, Robin van Persie, dan banyak bintang lain. Tapi Young jadi pemain pelengkap yang ideal:

  • Bisa main kiri-kanan
  • Gak egois
  • Taktis dan disiplin

Dia ikut bantu MU juara Premier League 2012/13, yang jadi musim terakhir Sir Alex. Setelah itu, MU masuk fase post-Fergie yang kacau. Tapi Young tetap bertahan.


Evolusi Besar: Dari Winger ke Wing-Back

Inilah momen unik. Saat usia makin nambah, Young bukannya pensiun pelan-pelan, dia justru ubah total gaya main.

Mulai era Louis van Gaal, lalu dilanjut Jose Mourinho, Young dikonversi jadi:

  • Wing-back kiri
  • Kadang full-back kanan
  • Bahkan pernah main bek sayap dalam formasi 3-5-2

Dan gila, dia bisa jalanin semua itu. Fisiknya masih kuat, pengalamannya nambah, dan dia makin ngerti cara bertahan. Bahkan Mourinho sempat angkat dia jadi kapten tim.

Fans MU waktu itu awalnya skeptis (“masa winger jadi bek?”), tapi pelan-pelan respect mulai tumbuh. Young bukan yang paling bersinar, tapi selalu bisa diandalkan.


Timnas Inggris: Comeback di Piala Dunia

Young sempat absen lama dari timnas. Tapi karena performa solid di MU dan minimnya opsi bek kiri, dia dipanggil lagi buat Piala Dunia 2018. Dan di Rusia, dia jadi starter!

Dia main sebagai left wing-back di skema 3-5-2 ala Gareth Southgate. Inggris tembus semifinal, dan Young tampil disiplin selama turnamen. Buat pemain yang dulu dianggap “udah lewat”, ini bukti dia bukan cuma veteran pajangan.


Transfer ke Inter Milan: Main di Luar Negeri di Usia 34? Why Not!

Tahun 2020, Young pindah ke Inter Milan. Banyak yang mikir itu langkah pensiun pelan-pelan. Tapi di bawah pelatih Antonio Conte, dia justru mekar lagi.

Di Inter:

  • Main regular sebagai wing-back
  • Bantu tim juara Serie A 2020/21
  • Jadi mentor buat pemain muda dan pemain asing lain
  • Dapat respek dari fans Nerazzurri karena profesional banget

Kombinasi dia, Hakimi, Barella, dan Lukaku bikin Inter jadi tim yang kompak dan eksplosif. Dan Young? Dia tetap bisa kasih kontribusi meski usianya 35+.


Balik ke Inggris: Masih Gas di Aston Villa dan Everton

Setelah Inter, Young balik ke Aston Villa tahun 2021. Ini semacam homecoming, tapi bukan nostalgia doang. Dia masih berkontribusi nyata:

  • Main sebagai bek kiri utama pas tim krisis pemain
  • Jadi mentor di ruang ganti
  • Main lebih dari 20 laga per musim

Lalu musim 2023/24, dia pindah ke Everton. Di sana, dia tetap aktif, bantu tim yang lagi berjuang keluar dari ancaman degradasi. Walau gak lagi secepat dulu, tapi kepemimpinan dan adaptasi posisinya tetap jadi aset.


Kenapa Ashley Young Gak Pernah Benar-Benar “Hilang”?

Karena dia paham satu hal: kalau lo mau bertahan lama, lo harus bisa berubah.

Waktu winger muda naik dan saingan makin gila, dia gak maksa tetap di posisi sayap. Dia pelan-pelan belajar posisi baru, rela kerja lebih defensif, dan ngerangkul peran “pemain tua” yang ngasih stabilitas.

Dan beda dari pemain yang gak rela turun kasta, Young malah embrace fase baru itu.


Gaya Main & Karakter

Dulu:

  • Lari cepat, crossing meliuk, set-piece jago
  • Sering tarik dua bek sebelum lepas umpan silang

Sekarang:

  • Baca permainan
  • Duet dengan pemain muda sebagai pelindung
  • Tekel bersih dan antisipasi positioning bagus

Secara karakter, dia:

  • Gak pernah bikin drama
  • Gak aktif cari spotlight
  • Tapi loyal banget ke tim yang dia bela

Lo bisa lihat di lapangan: Young tuh bukan superstar, tapi kapten dalam diam.


Penutup: Evolusi Adalah Kunci Umur Panjang

Ashley Young bukan pemain yang selalu dapet sorotan, bukan juga andalan Fantasy League. Tapi kariernya punya pelajaran gede: kalau lo fleksibel, lo bisa relevan sampai 38 tahun.

Dari winger Watford, jadi bintang Aston Villa, ke MU era Ferguson sampai jadi kapten, lalu main di Italia dan balik lagi ke Inggris—semuanya dilakuin dengan sikap profesional dan mental kuat.

Young itu bukti bahwa “longevity” di sepak bola bukan soal bakat doang, tapi soal adaptasi dan mental tahan banting. Dan dia, adalah poster boy-nya hal itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *